Jumat, 16 Desember 2011

E-book, Era Digitalisasi Buku

blue-ray-discDigitalisasi memang menjadikan proses dokumentasi lebih ringkas, padat, dan efisien. Berkat digitalisasi, pencinta lagu bisa mengoleksi ratusan bahkan jutaan lagu dalam format digital mp3 ke dalam satu kepingan CD yang beratnya tidak lebih dari 2.5 gram. Padahal, jika dalam format pita atau kaset, koleksi lagu sebanyak itu butuh ratusan kaset yang menyita banyak tempat.

Begitu pula dalam dunia hiburan audio visual, seperti film misalnya. Dalam format konvensional, satu film bisa terdiri dari 4 rol sampai 6 rol dengan berat total bisa mencapai 20 kg. Edan!  Berkat digitalisasi, film sebanyak itu bisa dipadatkan ke dalam satu keping dvd ukuran 4 GB yang ukuran beratnya sama dengan keping cd. Film pun bisa diproduksi secara massal dan lebih murah.

Tampaknya, gelombang digitalisasi tak bisa dibendung. Ia merambah ke mana-mana, ke semua aspek dan bidang kehidupan. Tak terkecuali dunia penerbitan buku. Buku yang selama berabad-abad diterbitkan dalam bentuk cetak dengan unsur utama kertas dan tinta, lalu dinikmati secara konvensional, kini harus memasuki sejarah baru buku digital atau electronic book (e-book).
Pada awal kehadirannya, e-book memang sangat tergantung pada ketersediaan komputer dan jaringan internet. E-book generasi pertama diterbitkan dalam bentuk disket, kepin CD, atau didownload dari sejumlah situs di internet, untuk kemudian sewaktu-waktu dibaca.
Namun, tingginya ketergantungan terhadap komputer itulah, akhirnya orang jadi malas untuk membaca e-book karena membaca lewat komputer ternyata jauh lebih ribet daripada membaca buku cetak konvensional. Belum lagi unsur portabilitas yang memang sulit dipenuji oleh komputer. Di sinilah kehadiran e-book terkendala oleh problem portabilitas sehingga e-book kurang mendapat respon dari masyarakat pencinta buku.

sony-laytest-ebook-reader 

Namun, dengan temuan perangkat PDA (Personal Data Assistance) kemudian dilanjutkan dengan produksi berbagai perangkat pembaca elektronik (e-book reader), problem portabilitas e-book bisa terjawab. Komputer hanya dibutuhkan untuk mendownload naskah untuk kemudian disimpan di PDA atau e-book reader. Setelah itu, naskah bisa dibaca di mana saja. Menarik bukan? 
Secara fisik, e-book membutuhkan bahan dan ruang yang lebih sedikit daripada buku cetak konvensional. Bayangkan saja, dalam format teks, sekitar 500 judul buku bisa disimpan dalam satu keping cd atau dalam satu book reader yang ringan dan portable.
Padahal, dalam format buku cetak konvensional, 500 judul buku setara dengan koleksi dalam beberapa rak. Dengan kata lain, e-book bisa berfungsi sebagai perpustakaan online yang siap menyediakan buku dimana saja dan kapan saja. Parah pecinta buku bisa mengoleksi buku sebanyak mungkin tanpa harus repot memikirkan tempa yang luas karena yang dibutuhkan hanyakalh beberapa keping cd, dvd, pda, atau book reader yang cukup disimpan dalam laci meja belajar. Inilah salah satu kelebihan e-book. 
Terkait dengan kebutuhan ruangnya yang kecil, e-book dapat ditawarkan dengan tak terbatas tanpa tanggal “out of print”. Hal ini memungkinkan para pengarang terus mendapatkan royalti secara tak terbatas dan memungkinkan para pembaca menemukan buku-buku lama.
Saat membaca buku cetak, tanpa sadar kita memegang buku dalam kondisi tangan kotor atau berminyak. Akibatnya, buku jadi kotor dan berminyak. Atau bisa juga karena buku terlalu sering dibaca, buku pun jadi rusak, lecek, dan terlipat-lipat.
Pada e-book, hal semacam itu tidak akan terjadi. E-book relatif lebih naman untuk dipegang karena tidak perlu melipat seperti kertas. Jika kita capek membaca, e-book bisa ditutup tanpa harus menghentikan proses pembacaan karena e-book bisa dibaca menggunakan handsfree. Dijamin, halaman demi halaman pada e-book tidak akan rusak atau lecek, meski puluhan kali dibaca, atau ternoda karena tangan berminyak. 
Dari sisi produksi, biaya yang dibutuhkan untuk mereproduksi satu e-book lebih murah daripada buku konvensional. Penyalinan bisa dibuat dengan instan dan seketika dalam jumlah besar sesuai keinginan. Hal ini membuat kemudahan dalam melakukan back-up. Dari sisi kepentingan penerbit, kemudahan membagikan e-text mengandung arti bahwa e-book bisa digunakan untuk merangsang penjualan lebih tinggi dari salinan buku yang dicetak.

sonys-nextgen-e-book-reader

Berbeda dengan buku cetak konvensional, e-book memungkinkan pembacanya bukan saja bisa dengan mudah melakukan pencarian teks atau frase, tetapi proses pencarian berlangsung secara otomatis. Bahkan, mlalui fasilitas hyperlinks, pembaca e-book bisa mengecek berbagai referensi. Dengan kelebihan-kelebihan tersebut, e-book bisa menjadi pilihan format sempurna untuk berbagai pekerjaan yang mengandalkan kemampuan pencarian seperti kamus, acuan kerja, dan berbagai jenis text book.
Penggunaan e-book reader pada pembacaan e-book di komputer, bukan sekadar pembaca text file. Sebab, software e-book mempunyai kelebihan lain yang kerap dilakukan pembaca manual pada umumnya, seperti bookmarking, memberikan anotasi, bahkan highlight dengan stabilo. Selain itu, penggabungan multimedia seperti audio books dan animasi juga bisa diintegrasikan ke e-book. 
Dari sisi lingkungan, e-book dianggap lebih rama lingkungan. Meski membutuhkan energi listrik untuk membacanya, produksi e-book tidak membutuhkan kertas, tinta, dan bahan lain yang biasa digunakan dalam produksi buku cetak. Penggunaan kertas yang terus meningkat dianggap punya andil dalam mempercepat rusaknya lingkungan karena bahan baku kertas adalah pohon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar